gadis kecil berbaju lusuh basah kuyup,bertudung payung menyeruak di hujan rinai yang tak kunjung usai
menyelinap di antara mobil-mobil kilap,berdiri di tepi lobi mall bergengsi
matanya sayu mengharap seseorang memanggilnya
seorang perempuan paruh baya berbedak dan bergincu tebal,berdandan bak toko berjalan menenteng tas tangan dan telepon genggam
berdiri di sisi gadis kecil berbaju lusuh
sebuah mobil kilap berhenti,pintu membuka menelan si toko berjalan
dan si gadis kecil itu bergumam,
"makan apa emak di rumah ?"
Selasa, 25 Januari 2011
nirmakna
entah sudah berapa lama kita tengadah
tetapi langit tetap hitam
entah sudah berapa lama kita tepekur
tetapi bumi masih merintih
entah sudah berapa puluh mantra kita baca
tetapi angin tak mau datang membawa tolak bala
kita tak bisa apa-apa karena doa dzikir dan syukur sudah tak bermakna
karena kita sudah menjadi hamba kesahayaan
karena kita tak lagi punya rasa
tetapi langit tetap hitam
entah sudah berapa lama kita tepekur
tetapi bumi masih merintih
entah sudah berapa puluh mantra kita baca
tetapi angin tak mau datang membawa tolak bala
kita tak bisa apa-apa karena doa dzikir dan syukur sudah tak bermakna
karena kita sudah menjadi hamba kesahayaan
karena kita tak lagi punya rasa
hidup itu ........(praktek)
Kenang lama tengah keheningan
Di kelam kesunyian malam
Hanya menggaung kaki tak terperanjak
Membisu di pertapaan malam
Sampai denting hati di titik nol
Arti hakiki di cari cari
Ayat ayat kasih di peluk
Melukis kabut tanpa dimensi
Di berapa langkah tubuh singgah
Seberapa jauh jejak sampai manusia lacak
Hidup itu hidup
Hidup tak di kata
Menuai sepenggalah kata dengan memecah asa kemustakhilan
Selaksa angan buta
Larut di arus deras mimpi
Jauh menjauh
Semakin jauh diri memandang hati
Menilai diri semakin asing
Di kelam kesunyian malam
Hanya menggaung kaki tak terperanjak
Membisu di pertapaan malam
Sampai denting hati di titik nol
Arti hakiki di cari cari
Ayat ayat kasih di peluk
Melukis kabut tanpa dimensi
Di berapa langkah tubuh singgah
Seberapa jauh jejak sampai manusia lacak
Hidup itu hidup
Hidup tak di kata
Menuai sepenggalah kata dengan memecah asa kemustakhilan
Selaksa angan buta
Larut di arus deras mimpi
Jauh menjauh
Semakin jauh diri memandang hati
Menilai diri semakin asing
simpul kusut
mungkin cukup beberapa waktu
kita dekat teramat lekat
eksploitasi keistimewaan masing-masing
cacat sifat tak lagi dipandang
kelainan pun bukan penghalang
mencipta suka dan mengukir getir bersama
satu sama lain tanpa dusta
verbal,integral dan komunal
entah berpangkal serta berhilir dimana,kita akhiri yang belum dimulai
konversasi hati ke hati tinggalah ampas yang akan terpatri sejati nan abadi
kita dekat teramat lekat
eksploitasi keistimewaan masing-masing
cacat sifat tak lagi dipandang
kelainan pun bukan penghalang
mencipta suka dan mengukir getir bersama
satu sama lain tanpa dusta
verbal,integral dan komunal
entah berpangkal serta berhilir dimana,kita akhiri yang belum dimulai
konversasi hati ke hati tinggalah ampas yang akan terpatri sejati nan abadi
kebenaran
kau benar bahwa malam tak selalu hitam dan pagi tak selalu merah
tetapi aku juga benar bahwa matahari akan menjemput bulan ketika elang pulang ke sarang
maka tak harus bersitegang kata
sebab kebenaran selalu kita bangun bersama di atas rasa saling percaya dan rasa saling punya
sebab bulan malam pagi matahari saling mengisi dan saling melengkapi
tetapi aku juga benar bahwa matahari akan menjemput bulan ketika elang pulang ke sarang
maka tak harus bersitegang kata
sebab kebenaran selalu kita bangun bersama di atas rasa saling percaya dan rasa saling punya
sebab bulan malam pagi matahari saling mengisi dan saling melengkapi
berita untuk seorang sahabat
rasa dan asa dipendam lama
lubuk hati telah mematri sebuah nama
selaksa tanya menyelinap menyergap
mengusik kalbu yang sedang lelap
pikiran sarat kekalutan
logika makin dibutakan
sedang sang dara tiada sekejap pun terpukau
seluruh kolega selaraskan argumen,gayung tak (kunjung) bersambut
lewat angin kutitipkan canda
mestinya kita tertawa bersama
lubuk hati telah mematri sebuah nama
selaksa tanya menyelinap menyergap
mengusik kalbu yang sedang lelap
pikiran sarat kekalutan
logika makin dibutakan
sedang sang dara tiada sekejap pun terpukau
seluruh kolega selaraskan argumen,gayung tak (kunjung) bersambut
lewat angin kutitipkan canda
mestinya kita tertawa bersama
Langganan:
Postingan (Atom)