Ayat-ayat Setan
Artikel berikut ini kami turunkan agar
kita lebih mengenal Israel dan tindak tanduknya yang jauh telah
menyimpang dari ajaran Nabi Musa yang semula dianutnya. Israel kini
berpegang kepada Kitab Talmud yang sudah dianggapnya sebagai kitab suci
mereka dan bukan Kitab Taurat yang jelas-jelas diturunkan kepada Nabi
Musa AS.
Talmud merupakan kitab suci
kelompok Zionis-Yahudi di seluruh dunia. Seluruh tindak-tanduk
Zionis-Israel mengacu pada ayat-ayat Talmudisme. Bahkan Texe Marrs,
investigator independen Amerika yang telah menelusuri garis darah
Dinasti Bush selama enam tahun, menemukan bukti bahwa keluarga besar
Bush, termasuk Presiden AS George Walker Bush, merupakan sebuah
keluarga yang sangat rajin mendaras dan mempelajari Talmud. “Dinasti
Bush adalah dinasti Yahudi dan mereka menjadikan Talmud sebagai kitab
sucinya. Adalah salah besar menyangka mereka sebagai keluarga
Kristiani. Mereka menunggangi kekristenan untuk menipu warga Kristen
dunia. Padahal, mereka merupakan keluarga Talmudis yang taat, ”
demikian Texe Marrs.
Pendahuluan
Kitab Talmud adalah kitab suci yang
terpenting bagi kaum Yahudi, bahkan lebih penting daripada Kitab Taurat.
Kitab Talmud bukan saja menjadi sumber dalam penetapan hukum agama,
tetapi juga menjadi ideologi dan prinsip-prinsip, serta arahan bagi
penyusunan kebijakan negara dan pemerintah Yahudi Israel, dan menjadi
pandangan hidup orang Yahudi pada umumnya. Itu pula sebabnya mengapa
negara Yahudi Israel disebut sebagai negara yang rasis, chauvinistik,
theokratik, konservatif, dan sangat dogmatik. Untuk dapat memahami
sepak-terjang negara Israel yang tampak arogan, keras-kepala, tidak
kenaI kompromi, orang perlu memahami isi ajaran Kitab Talmud, yang
diyakini oleh orang Yahudi sebagai kitab suci yang terpenting di antara
kitab-kitab suci mereka.
Keimanan
orang Yahudi terhadap Kitab Talmud mengatasi bahkan Kitab Perjanjian
Lama, yang juga dikenal dengan nama Taurat. Bukti tentang hal ini dapat
ditemukan dalam Talmud ‘Erubin’ 2b (edisi Soncino) yang mengingatkan
kepada kaum Yahudi, “Wahai anakku, hendaklah engkau lebih mengutamakan
fatwa dari para Ahli Kitab (Talmud) daripada ayat-ayat Taurat”.
Para pendeta Talmud mengklaim sebagian
dari isi Kitab Talmud merupakan himpunan dari ajaran yang disampaikan
oleh Nabi Musa a.s. secara lisan. Sampai dengan kedatangan Nabi Isa a.s.
Kitab Talmud belum dihimpun secara tertulis seperti bentuknya yang
sekarang. Nabi Isa a.s. mengutuk tradisi ‘mishnah’ (Talmud awal)
termasuk mereka yang mengajarkannya (para pendeta Yahudi dan kaum
Farisi), karena isi Kitab Talmud seluruhnya menyimpang, bahkan
bertentangan dengan Kitab Taurat. Kaum Kristen, karena
ketidak-pahamannya, hingga dewasa ini menyangka Perjanjian Lama
merupakan kitab tertinggi bagi agama Yahudi. Sangkaan itu keliru.
Para pendeta Parisi mengajarkan, doktrin
dan fatwa yang berasal dari para rabbi (pendeta), lebih tinggi
kedudukannya daripada wahyu yang datang dari Tuhan. Talmud mengemukakan
hukum-hukumnya berada di atas Taurat, dan bahkan tidak mendukung isi
Taurat. Seorang peneliti Yahudi, Hyam Maccoby, dalam bukunya ‘Judaism on
Trial’ mengutip pemyataan Rabbi Yehiel ben Joseph, bahwa “Tanpa Talmud
kita tidak akan mampu memahami ayat-ayat Taurat … Tuhan telah
melimpahkan wewenang ini kepada mereka yang arif, karena tradisi
merupakan suatu kebutuhan yang sama seperti kitab-kitab wahyu. Para arif
itu membuat tafsiran mereka … dan mereka yang tidak pernah mempelajari
Talmud tidak akan mungkin mampu memahami Taurat.”
Memang ada kelompok di kalangan kaum
Yahudi yang menolak Talmud, dan tetap berpegang teguh kepada kitab
Taurat saja (Perjanjian Lama yang sekarang) Mereka ini disebut golongan
‘Karaiyah’, kelompok yang sepanjang sejarahnya paling dibenci dan
menjadi korban didzalimi oleh para pendeta Yahudi orthodoks.
Kepada tradisi ‘mishnah’ itu para pendeta
Yahudi menambah sebuah kitab lagi yang mereka sebut ‘Gemarah’ (kitab
“tafsir” para pendeta). Tradisi ‘mishnah’ (yang kemudian dibukukan)
bersama dengan “Gemarah’, disebut Talmud. Ada dua buah versi Kitab
Talmud, yaitu ‘Talmud Jerusalem’ dan ‘Talmud Babilonia’. ‘Talmud
Babilonia’ dipandang sebagai kitab yang paling otoritatif1.
Beberapa kutipan yang diangkat dari Kitab
Tamud dalam uraian berikut ini merupakan dokumen asli yang
tidak-terbantahkan, dengan harapan dapat memberikan pencerahan kepada
segenap ummat manusia, termasuk kaum Yahudi, tentang kesesatan dan
rasisme dari ajaran Talmud yang penuh dengan kebencian, yang menjadi
kitab suci baik bagi kaum Yahudi Orthodoks maupun Hasidiyah di seluruh
dunia.
Pelaksanaan ajaran Talmud
tentang keunggulan kaum Yahudi yang didasarkan pada ajaran kebencian
itu telah menyebabkan penderitaan yang tak terperikan terhadap orang
lain sepanjang sejarah ummat manusia sampai dengan saat ini, khususnya
di tanah Palestina. Ajaran itu telah dijadikan dalih untuk membenarkan
pembantaian secara massal penduduk sipil Arab-Palestina. Kitab Talmud
menetapkan bahwa semua orang yang bukan-Yahudi disebut “goyyim”, sama
dengan binatang, derajat mereka di bawah derajat manusia. Ras Yahudi
adalah “ummat pilihan”, satu-satunya ras yang mengklaim diri sebagai
keturunan langsung dari Nabi Adam a.s. Marilah kita periksa beberapa
ajaran Talmud.
Talmud (Manuskrip Babylonia)
Beberapa Contoh Isi Ajaran
Talmud
Erubin 2b, “Barangsiapa
yang tidak taat kepada para rabbi mereka akan dihukum dengan cara
dijerang di dalam kotoran manusia yang mendidih di neraka”.
Moed
Kattan 17a, “Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk melakukan
sesuatu kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota dimana ia tidak
dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan itu disana”
Menganiaya seorang Yahudi Sama
Dengan Menghujat Tuhan
Sanhedrin
58b, “Jika seorang kafir menganiaya seorang Yahudi, maka orang
kafir itu harus dibunuh”.
Dibenarkan
Menipu Orang yang Bukan-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah
kepada orang kafir yang bekerja baginya”.
Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih
Tinggi
Baba Kamma 37b,
“Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu kepunyaan orang Kanaan, tidak
perlu ada ganti rugi; tetapi, jika lembu orang Kanaan sampai melukai
lembu kepunyaan orang Yahudi maka orang itu harus membayar ganti rugi
sepenuh-penuhnya”.
Orang
Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi
Baba Mezia 24a, “Jika seorang Yahudi
menemukan barang hilang milik orang kafir, ia tidak wajib mengembalikan
kepada pemiliknya”. (Ayat ini ditegaskan kembali di dalam Baba
Kamma 113b),
Sanhedrin 57a, “Tuhan
tidak akan mengampuni seorang Yahudi ‘yang mengawinkan
anak-perempuannya kepada seorang tua, atau memungut menantu bagi
anak-lakinya yang masih bayi, atau mengembalikan barang hilang milik
orang Cuthea (kafir)’ …”.
Orang
Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Jika seorang Yahudi
membunuh seorang Cuthea (kafir), tidak ada hukuman mati, Apa yang sudah
dicuri oleh seorang Yahudi boleh dimilikinya”.
Baba Kamma
37b, “Kaum kafir ada di luar perlindungan hukum, dan Tuhan membukakan
uang mereka kepada Bani Israel”.
Orang
Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi
Baba Kamma 113a, “Orang Yahudi
diperbolehkan berdusta untuk menipu orang kafir”.
Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di
bawah Derajat Manusia
Yebamoth
98a, “Semua anak keturunan orang kafir tergolong sama dengan
binatang”.
Abodah Zarah 36b, “Anak-perempuan orang kafir
sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”.
Abodah Zarah 22a
– 22b, “Orang kafir lebih senang berhubungan seks dengan lembu”.
Ajaran
Gila di dalam Talmud
Gittin
69a, “Untuk menyembuhkan tubuh ambil debu yang berada di bawah
bayang-bayang jamban, dicampur dengan madu lalu dimakan“.
Shabbath
41a, “Hukum yang mengatur keperluan bagaimana kencing dengan cara
yang suci telah ditentukan”.
Yebamoth
63a, ” … Adam telah bersetubuh dengan semua binatang ketika ia
berada di Sorga”.
Yebamoth 63a, “…menjadi petani adalah
pekerjaan yang paling hina “.
Sanhedrin 55b,
“Seorang
Yahudi boleh mengawini anak-perempuan berumur tiga tahun (persisnya,
tiga tahun satu hari)”.
Sanhedrin
54b, “Seorang Yahudi diperbolehkan bersetubuh dengan
anak-perempuan, asalkan saja anak itu berumur di bawah sembilan tahun”.
Kethuboth
11b, “Bilamana seorang dewasa bersetubuh dengan seorang anak
perempuan, tidak ada dosanya”.
Yebamoth 59b, “Seorang
perempuan yang telah bersetubuh dengan seekor binatang diperbolehkan
menikah dengan pendeta Yahudi. Seorang perempuan Yahudi yang telah
bersetubuh dengan jin juga diperbolehkan kawin dengan seorang pendeta
Yahudi”.
Abodah Zarah 17a, “Buktikan bilamana ada
pelacur seorangpun di muka bumi ini yang belum pernah disetubuhi oleh
pendeta Talmud Eleazar”.
Hagigah 27a, “Nyatakan, bahwa
tidak akan ada seorang rabbi pun yang akan masuk neraka”.
Baba
Mezia 59b, “Seorang rabbi telah mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya.
Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat tersebut”.
Gittin 70a, “Para rabbi
mengajarkan, ‘Sekeluarnya seseorang dari jamban, maka ia tidak boleh
bersetubuh sampai menunggu waktu yang sama dengan menempuh perjalanan
sejauh setengah mil, konon iblis yang ada di jamban itu masih
menyertainya selama waktu itu, kalau ia melakukannya juga (bersetubuh),
maka anak-keturunannya akan terkena penyakit ayan”.
Gittin
69b, “Untuk menyembuhkan penyakit kelumpuhan campur kotoran seekor
anjing berbulu putih dan campur dengan balsem; tetapi bila
memungkinkan untuk menghindar dari penyakit itu, tidak perlu memakan
kotoran anjing itu, karena hal itu akan membuat anggota tubuh menjadi
lemas”.
Pesahim 11a, “Sungguh terlarang bagi anjing,
perempuan, atau pohon kurma, berdiri di antara dua orang laki-laki.
Karena musibah khusus akan datang jika seorang perempuan sedang haid
atau duduk-duduk di perempatan jalan “.
Menahoth 43b-44a, “Seorang
Yahudi diwajibkan membaca doa berikut ini setiap hari, ‘Aku bersyukur,
ya Tuhanku, karena Engkau tidak menjadikan aku seorang kafir, seorang
perempuan, atau seorang budak belian’ “.
Kisah-kisah Holocaust oleh Romawi
Di dalam Talmud, ayat Gittin 57b ada
dikisahkan tentang dibantainya 4 juta orang Yahudi oleh orang Romawi di
kota Bethar. Gittin 58a, mengklaim bahwa 16 juta anak-anak Yahudi
dibungkus ke dalam satu gulungan dan dibakar hidup-hidup oleh orang
Romawi. Demografi tentang zaman kuno menyatakan orang Yahudi di seluruh
dunia pada masa penjajahan oleh Romawi tidak sampai berjumlah 16 juta,
bahkan 4 juta pun tidak ada).
Pengakuan
Talmud
Abodah Zarah 70a,
“Seorang rabbi ditanya, apakah anggur yang dicuri di Pumbeditha boleh
diminum, atau anggur itu sudah dianggap najis, karena pencurinya adalah
orang-orang kafir (seorang bukan-Yahudi bila menyentuh guci anggur,
maka anggur itu dianggap sudah najis). Rabbi itu menjawab, tidak perlu
dipedulikan, anggur itu tetap halal (‘kosher’) bagi orang Yahudi,
karena mayoritas pencuri yang ada di Pumbeditha, tempat dimana
guci-guci anggur itu dicuri, adalah orang-orang Yahudi”. (Kisah ini
juga ditemukan di dalam Kitab Gemara, Rosh Hashanah 25b).
Ibadah Orang Farisi
Erubin 21 b, “Rabbi Akida berkata
kepadanya, ‘Berikan saya air untuk mencuci tangan saya’. Ia menjawab,
‘Air itu tidak cukup bahkan untuk diminum, apalagi untuk membasuh
tanganmu’ keluhnya. ‘Lalu apa yang harus saya perbuat ?’ tanya seseorang
lainnya, ‘padahal engkau tahu menentang ucapan seorang rabbi diancam
dengan hukuman mati?’ ‘Saya lebih baik mati daripada menentang pendapat
kawan-kawan saya’ ” (Ritual cuci tangan ini terekam dikutuk Nabi Isa
a.s. dalam Injil Matius 15 : 1- 9).
Genosida Dihalalkan oleh Talmud
Perjanjian Kecil, Soferim 15, Kaidah
10, “Inilah kata-kata dari Rabbi Simeon ben Yohai, ‘Tob shebe
goyyim harog’ (“Bahkan orang kafir yang baik sekali pun seluruhnya
harus dibunuh”). Orang-orang Israeli setiap tahun mengikuti acara
nasional ziarah ke kuburan Simon ben Yohai untuk memberikan
penghormatan kepada rabbi yang telah menganjurkan untuk menghabisi
orang-orang non-Yahudi2.
Di Purim,
pada tanggal 25 Februari 1994 seorang perwira angkatan darat Israel,
Baruch Goldstein, seorang Yahudi Orthodoks dari Brooklyn, membantai 40
orang muslim, termasuk anak-anak, tatkala mereka tengah bersujud shalat
di sebuah masjid. Goldstein adalah pengikut mendiang Rabbi Meir
Kahane, yang menyatakan kepada kantor berita CBS News, bahwa ajaran
yang dianutnya mengatakan orang-orang Arab itu tidak lebih daripada
anjing, sesuai ajaran Talmud”.3 Ehud Sprinzak, seorang profesor di
Universitas Jerusalem menjelaskan tentang falsafah Kahane dan
Goldstein, “Mereka percaya adalah telah menjadi iradat Tuhan, bahwa
mereka diwajibkan untuk melakukan kekerasan terhadap ‘goyyim’, sebuah
istilah Yahudi untuk orang-orang non-Yahudi”.4
Rabbi Yizak Ginsburg menyatakan, “Kita harus mengakui
darah seorang Yahudi dan darah orang ‘goyyim’ tidaklah sama”.5
Rabbi Jacov Perrin berkata, “Satu juta nyawa orang Arab tidaklah
seimbang dengan sepotong kelingking orang Yahudi”.6
Doktrin Talmud : Orang non- Yahudi
Bukanlah Manusia
Talmud
secara spesifik menetapkan orang non-Yahudi termasuk golongan binatang,
bukan-manusia, dan secara khusus menyatakan bahwa mereka bukan dari
keturunan Nabi Adam a.s. Ayat-ayat yang berkaitan itu ditemukan
bertebaran di dalam Kitab Talmud, antara lain sebagai berikut :
Kerihoth 6b, “Menggunakan minyak untuk
mengurapi. Rabbi kita mengajarkan, ‘Barangsiapa menyiramkan minyak
pengurapan kepada ternak atau perahu, ia tidak melakukan dosa; bila ia
melakukannya kepada ‘goyyim’, atau orang mati, dia tidak melakukan dosa.
Hukum yang berhubungan dengan ternak dan perahu adalah benar, karena
telah tertulis: terhadap tubuh manusia (Ibrani: Adam) tidak boleh
disiramkan (Exodus 30:32); karena ternak dan perahu bukan manusia
(Adam)’ “. “Juga dalam hubungan dengan yang meninggal (sepatutnya) ia
dikecualikan, karena setelah meninggal ia menjadi bangkai dan bukan
manusia lagi (Adam). Tetapi mengapa terhadap ‘goyyim’ juga dikecualikan,
apakah mereka tidak termasuk kategori manusia (Adam) ?Tidak, karena
telah tertulis: ‘Wahai domba-domba-Ku, domba-domba di padang
gembalaan-Ku adalah manusia (Adam)’ (Ezekiel 34:31): Engkau disebut
manusia (Adam), tetapi ‘goyyim’ tidak disebut sebagai manusia (Adam)’ “.
Pada ayat-ayat terdahulu para rabbi
membahas hukum Talmud yang melarang memberikan minyak suci bagi manusia.
Dalam pembahasan itu para rabbi menjelaskan bukanlah suatu dosa untuk
membenkan miyak suci itu kepada ‘goyyim’ (kaum non-Yahudi, seperti
muslim, Kristen, dan sebagainya), karena ‘goyyim’ tidak termasuk
golongan manusia (harfiahnya: bukan keturunan Adam).
Yebamoth 61a, “Telah diajarkan: Begitulah
Simeon ben Yohai menerangkan (61a) bahwa kuburan orang ‘goyyim’ tidak
termasuk tempat yang suci untuk mendapatkan ‘ohel’ (memberikan sikap
ruku’ terhadap kuburan), karena telah dikatakan, wahai domba-domba-Ku
yang ada di padang gembalaan-Ku, kalian adalah manusia (Adam)’,
(Ezekiel 34:31); kalian disebut manusia (Adam); tetapi kaum kafir ltu
tldak dlsebut manusia (Adam)’ “.
Hukum
Talmud menerangkan bahwa seorang Yahudi yang menyentuh bangkai manusia
tau kuburan (Yahudi) menyebabkan ia ternajisi. Tetapi hukum Talmud
mengajarkan, sebaliknya, jika seorang Yahudi menyentuh kuburan orang
goyyim, hal itu membuat ia tetap suci, karena orang goyyim tidak
termasuk golongan manusia (Adam).
Baba
Mezia 114b, “Dia (Rabbah) berkata kepadanya: ‘Apakah engkau bukan
pendeta: mengapa engkau berdiri di atas kuburan ? Ia menjawab: ‘Apakah
guru belum mempelajari hukum tentang kesucian? Karena telah diajarkan:
Simeon ben Yohai berkata:‘Kuburan kaum ‘goyyim’ tidak menajisi. Karena
telah tertulis, ‘Wahai gembalaan-Ku gembalaan di padang rumput-Ku
adalah manusia (Adam), dan ia berdiri di atas kuburan kaum ‘goyyim’ “.
Mengingat pembuktian berdasarkan nash
Taurat (Ezekiel 34:31). disebut sampai beru1ang-kali pada ketiga
ayat-ayat Talmud di atas tadi, padahal dalam kenyataannya Taurat tidak
pernah menyebutkan bahwa hanya orang Yahudi saja yang termasuk golongan
manusia. Para ‘hachom’ Talmud sangat menekankan kekonyo1an ajaran
mereka tentang kaum ‘goyyim’. Hal itu merupakan bukti bahwa mereka
sebenarnya adalah rasis dan ideolog anti-kaum non-Yahudi, yang dalam
kebuntuan nalarnya telah mendistorsikan ayat-ayat Taurat dalam rangka
membenarkan kesesatan mereka.
Berakoth
58a, “Shila seorang Yahudi memberikan hukuman cambuk kepada seseorang
yang telah bersetubuh dengan seorang perempuan Mesir: Orang yang
dicambuk itu pergi mengadukannya kepada pemerintah, dan berkata: ‘Ada
seorang Yahudi yang memberikan hukuman cambuk tanpa izin dari
pemerintah’. Seorang petugas memerintahkan untuk memanggilnya (Shila).
Ketika ia (Shila) tiba, ia ditanya: ‘Mengapa engkau mencambuk orang
ini?’ Ia (Shila) menjawab: ‘ Karena ia telah menyetubuhi keledai
betina’ “. “Petugas itu berkata kepadanya: ‘Apakah engkau mempunyai
saksi-saksi?’ Ia(Shila) menjawab ‘Saya mempunyainya’. Kemudian (nabi)
Elijah turun dari langit dalam bentuk manusia dan memberikan bukti.
Petugas itu berkata lagi kepadanya: ‘Kalau demikian halnya seharusnya
orang itu dihukum mati!’ Ia (Shila) menjawab: ‘Karena kami telah
diasingkan dari negeri kami, kami tidak mempunyai wewenang untuk
menjatuhkan hukuman mati; lakukanlah terhadapnya sesuai kehendak
kalian’ “
“Ketika mereka masih
mempertimbangkan perkara itu Shila pun berteriak.• ‘Kepada-Mulah ya
Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Kuasa’ (Kisah-kisah 29:11). ‘Apa
kehendakmu? tanya petugas itu. Ia (Shila) menjawab.• ‘Apa yang
kukatakan ialah: Terpujilah Yang Maha Pengasih yang telah menciptakan
segala sesuatunya dari tanah serupa dengan Yang di Sorga, dan telah
memberikan kepadamu sekalian tempat tinggal, dan membuat kalian
mencintai keadilan’ “,
“Petugas itu
berkata kepadanya (Shila).• ‘Apakah engkau sedemikian membantu kepada
kehormatan pemerintah?’ Petugas itu memberi Shila sebuah tongkat dan
berkata kepadanya: ‘Engkau boleh menjadi hakim. ‘ Tatkala petugas
(orang ‘goyyim’) itu telah pergi, orang-orang yang ada disana berkata
kepadanya (Shila).• ‘Apakah Yang Maha Pengasih membuat mu’zizat bagi
kaum pendusta?’. Ia (Shila) menjawab mereka (‘goyyim’) disebut keledai?
Karena telah tertulis: Daging mereka adalah daging keledai’ (Ezekiel
23:30)
Ia (Shila) memperhatikan
orang-orang itu akan memberi-tahukan petugas-petugas itu bahwa ia
(Shila) telah menyebut mereka sebagai keledai. Maka ia (Shila)
berkata.• ‘Orang itu adalah penuntut hukum, dan Taurat telah
mengatakan: Jika seseorang datang untuk membunuhmu, bangkitlah segera
dan bunuh dia lebih dahulu. Begitulah tongkat yang diberikan kepadanya
itu dipukulkannya kepada terdakwa dan membunuhnya.’ Kemudian ia
berkata: ‘Karena sebuah mu’zizat telah terjadi melalui ayat ini, maka
aku melaksanakannya’ “.
Bagian ini
terpaksa diutarakan agak panjang, tetapi agaknya terpaksa dikutip
seluruhnya untuk memperlihatkan bagaimana kedzaliman kaum Yahudi.
Sebagai tambahan bahwa nabi Elijah sampai perlu turun dari sorga ke
bumi untuk menipu mahkamah kaum goyyim, disini Talmud mengajarkan,
bahwa kaum ‘goyyim’ pada dasamya adalah binatang, sehingga karena itu
Rabbi Shila (dan nabi Elijah) sama sekali tidaklah dapat disebut telah
berdusta atau telah membuat dosa. Ceritera itu menjelaskan bahwa
sekiranya seseorang (termasuk orang Yahudi) mengungkapkan ajaran Talmud
pandangan tentang kaum ‘goyyim’ sama dengan keledai, maka ia akan
menerima hukuman mati. Karena mengungkapkan hal itu akan membuat kaum
‘goyyim’ murka dan akan menindas agama Yahudi.
Kutipan Talmud dari kitab Ezekiel ini merupakan “nash bukti”
sangat penting, karena ayat itu menyatakan bahwa kaum ‘goyyim’ itu
termasuk golongan binatang (keledai). Ayat dari kitab Ezekiel pada
Kitab Perjanjian lama telah diubah dengan hanya mengatakan bahwa “orang
Mesir memiliki kemaluan yang besar” (sindiran – sama dengan keledai).
Hal ini tidak membuktikan atau menegaskan secara eksplisit bahwa orang
Mesir yang dirujuk oleh Taurat sarna dengan binatang. Dalam hal ini
Talmud memalsukan Taurat dengan cara mendistorsikan tafsir. Beberapa
ayat Talmud yang lain yang mengkaitkannya dengan kitab Ezekiel 23:30
yang memperlihatkan watak rasis orang Yahudi ditemukan dalam Arakin
19b, Berakoth 25b, Niddah 45a, Shabbath 150a, dan Yebamoth 98a.
Lagipula nash aseli Sanhedrin 37a hanya mengkaitkannya dengan
persetujuan Tuhan untuk penyelamatan kaum Yahudi saja.7
Moses Maimonides Membenarkan
Pembantaian
Begawan yang sangat dihormati, Moses
Maimonides, mengajarkan tanpa tedeng aling-aling, bahwa kaum Kristen
wajib dihabisi. Tokoh yang memberikan fatwa seperti itu memiliki
kedudukan tertinggi dalam hirarki agama Yahudi.
Moses Maimonides dipandang sebagai
penyusun hukum dan filosuf terbesar sepanjang sejarah Yahudi. Ia
acapkali dengan penuh rasa hormat disebut dengan nama Rambam, dan disapa
dengan panggilan Rabenu Moshe ben Maimon, yang artinya ‘Rabbi Kami
Musa anak Maimun”.8 Inilah yang diajarkan oleh Maimonides tentang boleh
tidaknya menyelamatkan nyawa kaum ‘goyyim’, atau bahkan’ orang Yahudi
sekali pun yang berani menolak “inspirasi ilahiyah di dalam Talmud’.
“Sesungguhnya bila kita melihat seorang
kafir (‘goyyim’) sedang terhanyut dan tenggelam di sungai, kita tidak
boleh menolongnya. Kalau kita melihat nyawanya sedang terancam, kita
tidak boleh menyelamatkannya.”9. Naskah dalam bahasa Ibrani edisi
Feldheim 1981 tentang Mishnah Torah menyebutkan hal yang sarna seperti
itu.
Dengan peringatan dari
Maimonides itu, telah diwajibkan bagi kaum Yahudi untuk tidak boleh
menyelamatkan nyawa atau memberikan pertolongan kepada seorang
‘goyyim’, ia sebenarnya menyatakan sikap kaum Yahudi yang sebenarnya
yang dibebankan oleh Talmud terhadap kaum non-Yahudi.10
“Hal itu telah merupakan ‘mitvah’
(kewajiban agama) untuk , menghabisi para pengkhianat kaum Yahudi, para
‘minnim’, dan “apikorsim” dan membuat mereka jatuh ke dalam lobang
kehancuran, karena mereka telah menyebabkan penderitaan kepada kaum
Yahudi, dan menipu manusia untuk menjauh dari Tuhan, sebagaimana yang
dilakukan oleh Isa dari Nazareth dan para muridnya, dan Tzadok, Baithos
dan murid-muridnya. Semoga terla’natlah mereka”.
Komentar penerbit Yahudi itu memuat
pernyataan Maimonides bahwa Nabi Isa a.s. adalah contoh seorang ‘min’
(“pengkhianat” majemuknya ‘minnim’). Komentar itu juga menerangkan bahwa
murid-murid Tzadok, yaitu kaum Yahudi yang menolak kebenaran Talmud
dan mereka yang hanya mengakui hukum tertulis, yakni Taurat. Menurut
buku ‘Maimonides’ Principles’ pada h.5, Maimonides memerlukan waktu
dua-belas tahun untuk menyimpulkan hukum dan keputusan dari Talmud, dan
mensistemasikan kesimpulannya itu ke dalam 14 jilid. Karya itu
akhirnya selesai pada tahun 1180 dan diberi judul ‘Mishnah Torah’, atau
‘Syari’at Taurat’.
Maimonides
mengajarkan pada bagian lain dari ‘Mishnah Torah’, bahwasanya kaum
‘goyyim’ bukanlah golongan manusia: “Hanyalah manusia (kaum Yahudi),
dan bukannya perahu, yang dapat memperoleh najis bila bersentuhan …
Bangkai dari seorang ‘goyyim’ tidak menyebabkan najis bila bersentuhan
dengan bayang-bayang seorang Yahudi … seorang ‘goyyim’ tidak sampai
menyebabkan penajisan; dan bila seorang ‘goyyim’ menyentuh, membawa,
atau membayangi … ‘goyyim’ itu tidak menyebabkan najis … mayat seorang
‘goyyim’ tidak menyebabkan menjadi najis; dan sekiranya’” seorang
‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau menjatuhkan bayangannya kepada mayat,
ia dianggap tidak pernah menyentuh mayat tersebut.” .11
Film
‘Schindlers List’ – Contoh Kebohongan Kaum Yahudi
Teks Talmud (khususnya Talmud Babilonia)
pada Sanhedrin 37a tidak mewajibkan orang Yahudi untuk menyelamatkan
nyawa orang lain, terkecuali nyawa orang Yahudi. Moshe Maimonides
memperkuat ajaran Talmud tersebut. Tetapi, beberapa buku yang ditulis
oleh orang-orang Yahudi kontemporer (Hesronot Ha-shas) merujuk beberapa
nash dari Talmud yang seolah-olah memuat frase nilai-nilai universal,
seperti, “Barangsiapa membunuh kehidupan seseorang, hal itu sama dengan
membunuh seluruh isi dunia; dan barangsiapa memelihara kehidupan
seseorang ,,, hal itu seperti ia telah memelihara seluruh isi dunia”.
(Bandingkan dengan al-Qur’ an 5:32, “Barangsiapa yang membunuh seorang
manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya”)
Namun Hesronot
Ha-ash mengakui ayat-ayat di atas tadi bukan katta-kata yang otentik
dari Talmud yang aseli. Dengan kata lain, ayat-ayat bemada universal
tersebut bukanlah nash otentik dari Talmud. Jadi sekedar sebagai
contoh, “versi universal” ini yang oleh Stephen Spielberg dituangkan ke
dalam filmnya ‘The Schindler’s List’ yang terkenal itu (dan dikaitkan
seolah-olah bersumber dari Talmud pada judul maupun iklan filmnya)
adalah penipuan dan merupakan propaganda, yang dimaksudkan untuk
memberikan polesan kemanusiaan kepada Talmud, yang pada hakekatnya
adalah kitab yang penuh berisi semangat rasisme dan chauvinisme Yahudi.
Dalam nash Talmud yang aseli tertulis pada ayat yang sama,
“Barangsiapa memelihara bahkan satu nyawa orang Israeli, maka ia
seperti memelihara seluruh isi dunia”. Sama seperti ayat-ayat yang
lain, Talmud yang aseli hanya membicarakan perihal menyelamatkan
orang-orang Yahudi.
Tipuan Orang Yahudi
Sanggahan para rabbi orthodoks bahwa tidak
ada bukti dokumentasi otentik tentang rasisme dan semangat kebencian
di dalam Talmud adalah bohong besar, karena di dalam Baba Kamma 113a,
menyatakan bahwa “Orang Yahudi boleh berbohong untuk menipu kaum
’goyyim’ ‘.
The Simon Wiesenthal
Center, sebuah pusat propaganda ruhubiyah Yahudi yang didukung oleh
dana multi-jutaan dolar terpaksa memecat Rabbi Daniel Landes pada tahun
1995, karena rabbi ini menentang ajaran dehumanisasi oleh Talmud
terhadap orang non-Yahudi. “Sikap ini benar-benar busuk”, katanya.
Buktinya ? “Ya, pernyataan-pernyataan di dalamnya”.
Berdusta untuk menipu orang ‘goyyim’ telah
lama menjadi panutan di dalam agama Yahudi. Ambil contoh sehubungan
dengan debat pada abad ke-13 di Paris antara Nicholas Donin, seorang
Yahudi yang telah memeluk agama Katolik – yang oleh Hyam Maccoby diakui
mempunyai pengetahuan yang luas tentang Talmud”12 -saat berkonfrontasi
lawan Rabbi Yehiel. Pada waktu itu Yehiel tidak sedang berada di bawah
ancaman hukuman, atau dicederai. Namun tanpa malu tetap saja berdusta
sepanjang debat tersebut. Sebagai contoh ketika ditanya oleh Donin
apakah ada ayat-ayat yang menghujat Jesus di dalam Talmud, Yehiel
menyanggahnya. Donin, seorang ahli dalam bahasa lbrani paham benar
jawaban itu dusta maka. Ryam Maccoby, seorang komentator Yahudi
mengenai debat tersebut, yang hidup di abad ke-20, membela kebohongan
Rabbi Yehiel seperti ini, “Pertanyaan itu mungkin diajukan, apakah
Yehiel benar-benar percaya yang Jesus tidak disebut-sebut di dalam
Talmud atau, bisa juga ia mengajukan pertanyaan ini sebagai suatu tipuan
yang cerdik, untuk menciptakan keadaan mendesak Yehiel … tentu saja
Rabbi Yehiel dapat dimaafjkan bila ia tidak mengakui sesuatu yang tidak
sepenuhnya dipercayainya, dalam rangka mencegah proses tiranik yang
menghadapkan budaya dari suatu agama tertentu, terhadap agama yang
lain”.13
Beginilah cara orang Yahudi
menyanggah sampai dengan hari ini tentang adanya nash Talmud yang
mengandung ayat-ayat yang penuh dengan kebencian. Sebuah kata tentang
“kebohongan Yahudi diplesetkan dan disulap menjadi “dapat dimaafkan”,
sementara setiap penyelidikan terhadap kitab-kitab suci Yahudi oleh
peneliti non-Yahudi dipandang sebagai “proses tiranik”. Sementara itu
serangan kaum Yahudi terhadap kitab-kitab Injil Perjanjian Baru dan
al-Qur’an tidak pernah dianggap sebagai “proses tiranik”. Hanya kritik
kaum non- Yahudi yang dianggap tiranik, sedangkan cara mempertahankan
diri bagi orang Yahudi adalah berdusta. (Tidak semua orang Yahudi
bersikap seperti tersebut di atas. Dr. Israel Shahak dari Hebrew
University menulis sebuah buku lengkap yang diberinya judul ‘Jewish
History, Jewish Religion’, yang mendokumentasikan secara lengkap muatan
anti-’goyyim’ di dalam kitab Talmud).
Betapapun banyaknya sanggahan dan kebohongan yang keluar dari
‘The Anti-Defamation League’ (ADL – ‘Liga Anti-Penghinaan’ Yahudi) dan
dari the Wiesenthal Center, dalam buku ini dikutip nash-nash baik dari
Talmud maupun juga dari mufassir Talmud ‚paling’ terkemuka” di mata
orang Yahudi sendiri, seperti Moses Maimonides,
Pada tahun 1994 Rabbi Tzvi Marx, direktur
pendidikan teknologi terapan pada ‘Shalom Hartman Institute’ di
Jerusalem, telah menulis semacam pengakuan yang menakjubkan tentang
bagaimana kaum Yahudi di masa yang silam telah membuat dua jenis
kumpulan kitab: kitab Talmud yang otentik sebagai bahan pelajaran bagi
para pemuda mereka di sekolah-sekolah (‘kollel’) Talmud, dan sebuah lagi
kitab Talmud yang telah “disensor dan diamendemen” yang ditujukan bagi
konsumsi para ‘goyyim’ yang tidak mengerti apa-apa. Rabbi Marx
menjelaskan bahwa versi tafsir Maimonides yang dikeluarkan untuk
konsumsi umum, tertulis misalnya, “Barangsiapa membunuh seorang manusia,
ia telah melanggar hukum”. Tetapi Rabbi Marx menyatakan, nash yang
aseli berbunyi, ” Barangsiapa membunuh seorang Israeli”.
Buku Hesronot Ha-shas (“Yang Dihilangkan
dari Talmud”)15 lalu menjadi penting dalam kaitan ini. Heshronot
Ha-shas dicetak-ulang pada tahun 1989 oleh Sinai Publishing House, Tel
Aviv. Heshronot Ha-shas menjadi sangat berharga bagi kita, karena buku
ini menyusun suatu daftar panjang ayat-ayat Talmud yang diubah atau
dihilangkan, dan daftar ayat-ayat yang dipalsukan dewasa ini, yang
dibuat untuk konsumsi kaum ‘goyyim’ seolah-olah ayat-ayat itulah yang
otentik.
Popper (h.58-59)
menjelaskan : “Tidak selalu yang disensor itu ayat-ayat panjang, tetapi
acapkali satu kata pun dihapus. … Acapkali dalam hal seperti itu
digunakan dalam rangka penghapusan dan penggantian”. Sebagai contoh
pentarjamah versi Talmud dalam bahasa Inggris terbitan Soncino
menterjemahkan kata lbrani ‘goyyim’ dengan sejumlah kata-ganti samaran
seperti, “kafir, Cuthean, Mesir, penyembah berhala”, dan sebagainya.
Tetapi sebenarnya kata-ganti ini merujuk kepada kata-aseli ‘goyyim’
(semua yang non- Yahudi). Pada catatan-kaki no. 5 Talmud pada edisi
Soncino dijelaskan bahwa, “Istilah orang Cuthea (Samaritan) disini
adalah untuk menggantikan kata-aseli ‘goyyim’ … “
Hal itu merupakan praktek disinformasi
yang lazim dipakai oleh kaum Farisi untuk menyangkal adanya ayat-ayat
yang rasialistik di dalam Talmud yang telah diungkapkan terdahulu dalam
buku ini, dalam rangka mengklaim bahwa ayat-ayat itu adalah “karangan
dari orang-orang yang anti-Semit”.
Pada
tahun 1994, Lady Jane Birdwood, berusia 80 tahun, ditangkap dan
diadili di depan pengadi1an pidana di London, hanya karena
“kejahatannya” menerbitkan sebuah pamflet berjudu1 ‘The Longest Hatred’
(‘Kebencian yang Paling Lama’), berisi seluruh pernyatan kebencian di
dalam Talmud yang diangkatnya dari ayat-ayat yang berisi kebencian
kepada kaum ‘goyyim’ dan Kristen. Sepanjang peradilan yang dituduhkan
terhadapnya sebagai suatu kejahatan yang sayangnya tidak mendapatkan
perhatian dari media massa, seorang rabbi diundang sebagai saksi ahli.
Rabbi itu menyanggah sepenuhnya bahwa kitab Talmud berisi ayat-ayat
yang mengundang kebencian kepada kaum ‘goyyim’ dan Kristen, dan hanya
karena kedudukan dan prestise rabbi tersebut, wanita tua yang malang
itu dijatuhi hukuman “tiga bulan kurungan penjara dan denda senilai $
l000″
Dr. Israel Shahak dalam
bukunya berjudul ‘Jewish History and Jewish Religion’, pada bab tentang
Jesus di dalam Talmud pada h.57, dan h.105-106, menegaskan adanya
ayat-ayat yang menganjurkan kebencian dan rasisme di dalam Talmud.
Mereka yang menyangkal kenyataan ini adalah pembohong besar.
Tanggapan
Dunia ‘Judeo-Kristen’ terhadap Talmud
Dewasa
ini ada persekongkolan yang kuat antara dunia Kristen dan Yahudi.
Anehnya tidak ada, bahkan tidak pernah ada, para Paus, Katolik serta
tokoh-tokoh gereja Protestan di era modern ini yang menyerang atau
mengecam ajaran rasisme di Talmud, atau kebencian mendarah-mendaging
terhadap Kristen dan kaum ‘goyyim’ (muslim dan lain-lain) yang
diajarkannya. Sebaliknya pada pimpinan gereja Kristen, baik Katolik
maupun Protestan, malah dewasa ini menganjurkan kepada para pengikut
Jesus Kristus untuk mentaati, menghormati, bahkan membantu pengikut
Talmud. Oleh karena itu kesimpulan kita tidak lain, para pemimpin
gereja Katolik dan Protestan dewasa ini sebenarnya adalah pengkhianat
paling nyata terhadap Jesus Kristus di muka bumi dewasa ini (periksa
Perjanjian Baru Matius 23:13-15; I Thessalonika 2:14-16; Titus 1:14;
Lukas 3:8-9; dan Kitab Wahyu 3:9).
Kaum Non-Yahudi adalah ‘Sampah’
Semua
orang non-Yahudi dari segala ras dan agama menurut Talmud adalah
super-sampah’, begitu menurut pendiri Habad-Lubavitch, Rabbi Shneur
Zalman. Analisanya ditemukan di dalam majalah Yahudi ‚The New
Republic’, yang dalam analisisnya menyatakan bahwa, “… ada ironi besar
dalam pandangan universalisme messianik yang baru pada gerakan Habad
khususnya pandangannya tentang kaum ’goyyim’ yakni pernyataan Habad
yang tanpa tedeng aling-aling berisi penghinaan bernada rasial terhadap
kaum ‘goyyim ‘. …berdasarkan pendapat para theolog Yahudi pada abad
pertengahan – terutama sekali pemikiran penyair dan filosuf Judah
Ha-Levi pada pada abad ke-12 di Spanyol, dan tokoh mistik Yahudi Judah
Loewe pada abad ke-16 di Praha – mereka mencari ketetapan mengenai
keunggulan kaum Yahudi berdasarkan ras dan bukannya pada keunggulan
kerohanian … menurut pandangan mereka, secara mendasar kaum Yahudi itu
lebih unggul atas ras mana pun, dan mengenai hal itu ditegaskan
berulangkali dalam bentuk yang sangat ekstrim oleh Shneur Zalman dari
Lyadi. Pendiri Lubavitcher-Hasidisme itu mengajarkan, bahwa ada
perbedaan hakiki antara jiwa orang Yahudi dengan jiwa kaum ‘goyyim’,
bahwasanya hanyalah jiwa orang Yahudi yang di dalamnya terdapat dan
memancarkan cahaya kehidupan ilahiyah. Sedangkan pada jiwa kaum
‘goyyim’, Zalman selanjutnya menyatakan, “sama sekali berbeda, karena
terciptanya memang lebih inferior. Jiwa mereka sepenuhnya jahat, tanpa
mungkin diselamatkan dengan cara apa pun.”
Akibat rujukan tentang kaum ‘goyyim’ menurut ajaran Rabbi
Shneur Zalman, tanpa kecuali menyebabkan adanya penyakit dalam jiwa
mereka. Dzat darimana jiwa kaum ‘goyyim’ terbuat penuh dengan “sampah”
rohani. Itulah sebabnya mengapa jumlah mereka lebih banyak daripada
kaum Yahudi, karena jumlah gabah lebih banyak daripada berasnya. Semua
kaum Yahudi secara hakiki baik, dan semua kaum ‘goyyim’ secara hakiki
jahat.
“Karakterisasi kaum ‘goyyim’
yang dinyatakan secara hakiki jahat dan dari segi kerohanian maupun
biologis lebih inferior dari kaum Yahudi, belum pernah diralat dalam
ajaran Habad masa kini”.16
Syari’at Yahudi Menuntut bahwa Kaum
Kristen Wajib Dihukum Mati
Para
ulama Taurat menetapkan, bahwa, “Taurat mewajibkan bahwa ummat yang
benar akan mendapatkan tempatnya di Hari Kemudian. Tetapi, tidak semua
kaum ‘goyyim’ akan memperoleh kehidupan yang abadi meskipun mereka taat
dan berlaku shaleh menurut agama mereka … Dan meskipun kaum Kristen
pada umumnya menerima Kitab Perjanjian Lama Ibrani sebagai kitab yang
diwahyukan dari Tuhan, namun mereka (disebabkan adanya kepercayaan pada
apa yang disebut mereka ketuhanan pada Jesus) sebenarnya kaum Kristen
adalah penyembah berhala menurut Taurat, oleh karena itu patut dihukum
mati, dan mereka kaum Kristen itu sudah dipastikan tidak akan
memperoleh ampunan di Hari Kemudian.”
Takhayul Kaum Yahudi
Bukanlah mengada-ada bila edisi Talmud Babilonia dipandang
sebagai kitab suci Yahudi yang paling otoritatif. Karena orang Kristen
terperdaya oleh para pengkhotbah Yahudi, maka para Paus kian hari kian
percaya dan meminta fatwa kepada rabbi Yahudi sebagai “nara sumber yang
shahih” untuk mendapatkan keterangan bila berkaitan dengan kitab
Perjanjian Lama, yang tanpa mereka sadari berkonsultasi dengan para
okultis (juru-ramal).
Yudaisme
adalah agama kaum Farisi dan para pendeta Babilonia, yang menjadi
sumber ajaran Talmud dan Qabala, yang di kemudian hari membentuk agama
Yudaisme. Kitab suci Yudaisme Orthodoks lainnya, seperti ‘Kabbalah’,
isinya penuh dengan ajaran tentang astrologi, ramal-meramal, gematria,
nekromansi (sihir), dan demonologi (ilmu hitam). Jika seorang Yahudi
ingin bertaubat ia cukup mengangkat seekor ayam, membaca mantera untuk
keperluan itu, dan mengibas-kibaskannya di atas kepalanya untuk
memindahkan dosa- dosanya kepada ayam tersebut. Yang dapat kita katakan
mengenai hal ini tidak lain adalah takhayul dalam arti yang
sebenar-benarnya. Selanjutnya lambang Israel yang mereka sebut sebagai
“bintang Nabi Daud” sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Nabi
Daud a.s. Bintang itu adalah hexagram (bersudut enam) supranatural yang
melambangkan yantra dari androgen (kelenjar yang memberikan
karakteristik pada kaum laki-Iaki), yang dihubungkan dengan para Khazar
Bohemia pada abad ke-14. (Penyesatan publik dengan penggunaan nama
“negara Israel” yang didirikan pada tahun 1948, merupakan buah hasil
persekongkolan antara kaum Bolshevik-Yahudi dengan kaum Zionis yang
atheis; nama itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kelanjutan kerajaan
Nabi Daud, tetapi dikukuhkan melalui pcngakuan pertama di PBB yang
diberikan oleh diktator komunis Uni Sovyet Joseph Stalin).
Kaum Kristen akan lebih terbuka matanya
bila berkunjung ke komunitas Yahudi Hasidik menonton acara ‘Purim’,
dimana sebuah patung serupa Halloween meloncat-loncat (seperti
‘jailangkung’). Meskipun upacara ‘Purim’ itu merujuk kepada Kitab Esther
yang disebutkan sebagai nash dasarnya, dalam prakteknya upacara
‘Purim’ tidak lain adalah sebuah tradisi kaum kafir Bacchan.17
Para rabbi orthodoks menggunakan kutukan,
mantra, imej, dan sebagainya, yang mereka anggap lebih besar kuasanya
dari kuasa Tuhan. Kesesatan itu mereka ambil dari ajaran Sefer Yezriah,
(sebuah buku tentang ilmu sihir kaurn Qabalis). Kaum non-Yahudi dapat
menyaksikan ulangan perilaku paganisme Babilonia kuno setiap kali
mereka mengamati ritual para rabbi agama Yudaisme.18
Dengan mengetahui ajaran Talmud yang
menjadi dasar konstitusi prinsip, dan arah kebijakan negara dan
pemerintah Israel, mudah dipahami mengapa negara Israel sangat arogan
dengan kebuasan yang melebihi Nazi Jerman.