Kamis, 23 Juni 2011

Konspirasi Industri Musik Di Tanah Air

Hallo para pecinta blog wrong dimension dimana pun anda berada, mau yang berada di rumah, kantor, sekolahan, taman, wc umum, restoran, warteg, dalam pesawat, di perjalanan, ataupun di kolong jembatan semoga semua baik-baik saja kabarnya.

Konspirasi bukan cuma menyangkut illuminati, freemason, NWO, dan sekte-sekte saja,, tapi sangat banyak. Nah kali ini saya akan posting tentang konspirasi yang ada di industry music Indonesia, mudah-mudahan akan bermanfaat bagi kalian semua… langsung aja TANCAP……..







Kita sudah ada di penghujung era musik dimana era musik mengalami komersialitas yang sangat merebak diantara masyarakat Dunia. Salah satunya kita lebih ''berkonsentrasi'' dalam mengupas gerak-gerik Industri Musik di Tanah Air. Ini Statement nya:

Tidak akurnya dan kurangnya keikutsertaan Label Rekaman dalam negosiasi manajemen si Artis dalam pilar-pilar otonom Industri Musik dari ketiga belah terkait yaitu (Artis.Manajemen.Dan Label), satu tidak akur.. ya semuanya tidak akan berjalan secara lancar!.
Conflict of Interest tingkat tinggi akan terjadi apabila manajernya bingung untuk mendahulukan kepentingan Artisnya atau Labelnya?, dan akhirnya pasti manajemen yang kurang ''balance'' dalam mementingkan keduanya akan menjadi jembatan menuju pembentukan manajemen baru yang akan direkrut oleh label, manajemen lamanya gimana? paling ngurusin kepentingan pribadi artisnya doang, urusan finansial tidak ikut terjun karena sudah dipegang sama manajemen baru dari label barunya...kasihan juga kan?

Merebaknya pembajakan musik di tanah air dan menurun nya penjualan album fisikal, menyebabkan sang Label mempunyai jalan pintas mendirikan manajemen artis yang ujung-ujungnya merugikan artis nantinya yang akan dibuang jauh-jauh. Major Label bukan nya meresistensikan pembajakan, namun malah berkomplot (tuh kan ujung2nya konspirasi juga) artis secara terus-menerus agar sang Major Label menghindari kebangkrutan, salah satunya mereka deal dengan sang pembajak apabila ingin membuang artis lama dan mentransisikan artis yang baru...kesan nya ''yang lama diusahain cari jalan keluar untuk diganti dengan talenta yang baru''.

Dengan Mechanical Royaltynya yang bersifat low/ rendah, hasil analisa data penjualan album biasanya bersifat manipulatif. Sehingga ada dealing antara Manajemen dengan pihak Label agar artisnya dilarang bergabung dengan KCI (Karya Cipta Indonesia) dari ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia)maka mengindikasikan nantinya artis akan lebih mudah di eksploitasi oleh sang Major Label , jadi Major Label sudah ada dealing dengan ASIRI dengan persetujuan yang lengkap dan dilindungi oleh beberapa firma. Jadi kalau di exploit ama Label berharap ngelawan? jangan harap!..bisa no comment anda apabila diteruskan masalahnya di pengadilan hehehe..

Prediction From The Experts

Wendi Putranto

Seorang Pengamat Musik, Wendi Putranto memprediksikan di masa depan Industri Musik Indonesia apabila belum berubah sama sekali:

“Masa depan band/artis baru akan sepenuhnya dominan dikuasai oleh label, bukan di tangan manajemen utama nya, jadi kesan nya bukan Manajemen tapi MENEJEMEN (MEjengin, NEmenin, JEmputin, dan MENunggu si Artis)”

Pihak Label dianggap sebagai ''Investor'', namun sang Manajemen tidak punya hak untuk menginvestasikan sang artis..

ST12
Kontrol dominasi yang kuat dari sang Major Label untuk menghilangkan sisi artistik & idealisme,estetika,dan eksentrikisme dan sang artis yang membawa banyak potensi, namun dihilangkan begitu saja. Dan artis hanya diperbolehkan masuk ke dalam arus musik dengan aliran yang masuk dalam prosedur-prosedur pasar musik yang ada..contoh pop melayu(ST12,Wali),pop cinta-cinta an(Afgan,Gruvi,Ran,Maliq n The Essentials,Andra& the Backbone..meski dicampur rock,jazz,orchestra..yang penting pop!), dan semua band yang tidak ada kaitan nya dengan pop ditendang jauh-jauh oleh Label karena tidak sesuai prosedur pasaran.

Kecilnya kemungkinan royalty income/pemasukan dari artis karena mereka harus ''share profit'' alias bagi keuntungan dari royalty mechanical, live show, merchandise, tour, advertise, dan sebagainya.



Tingkat eksploitasi akan dipertajam lagi oleh sang Label seperti penggelapan royalti, sales report yang culas, dengan ketidakadilan sang label untuk membagi profit ke sang Artis . Jika kita memandang Artis sebagai seniman dengan talenta yang tak ternilai maka selanjutnya artis lebih diposisikan disebut dengan ''kuli/budak musikal''. Tidak menjamin semua musisi mempunyai talenta yang tak ternilai..apalagi yang masuk ke dunia mainstream dan masuk major records?

Lain band, lain tingkat eksploitasinya. ada yang gak terlalu parah dan ada yang sangat parah, sampai sang pengamat musik ini mendengar ada satu band nya yang dipotong komisinya sebesar 45% (gross) setelah bergabung dengan Major Label..pantes aja banyak yang langsung surut..paling lama 2 tahun juga udah beda idolanya!

Sang Label mencari korban talenta baru karena kemungkinan besar manajemen nya minim pengetahuan finansial/bisnisnya dan belum paham konstellasi industri musik lokal, bahkan Internasional. Biasanya sang Manajemen dan Artis hanya mengimpikan iming-iming ''fame & fortune'' ketimbang skill dan usaha nya.

Cara kerja label hanya mirip jarum suntik , sekali pakai langsung buang. Artis pendatang baru tidak akan di protect untuk eksistensinya sepanjang umur karirnya, kira-kira mereka hanya di protect dan di support hanya untuk eksis paling lama kurun waktu 3 tahun. ''Easy come, easy go!''..''Gampang Muncul, Gampang Keluar!''


Kembalikan Musik Kami Seperti ini

Dengan ini kita lihat buruknya Industri Musik Indonesia , mereka hanya mementingkan duit daripada skill dan potensi diri dari sang artis, perlukah kita mengacungkan jempol bahwa Industri Musik Lokal/Internasional ini hanya menampilkan band dengan aliran yang seragam, lagu tanpa makna kecuali cinta..cinta..dan cinta yang berlebihan (remember what love truly is?),Isi video klip yang vulgar, tiadanya Integritas Stasiun Musik dan Label antara pernyataan dan perbuatan dengan adanya kampanye anti HIV dan Global Warming , acara pengisi show band-band lokal di stasiun tv swasta yang jamnya bertabrakan dengan jadwal sekolah, setelah itu tren dari sang idola yang tidak karuan?

Apakah memang benar ada konspirasi di balik indutri tanah air kita ini?

Pesan saya “berpikirlah skeptik dengan apa yang anda lihat,dengar, dan rasakan”
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar