Jumat, 10 Juni 2011
irama hari/irama hati
dari merdunya adzan subuh yang disuarakan melalui kedamaian,dari teriknya mentari yang saat siang berganti menjadi matahari,dari temaramnya langit kota yang menyamai ruang hati,dari rasa kesal seorang wanita terhadap wanita lainnya,dari membludaknya acara televisi yang berbau fantasi,luangkan malam dengan ribuan tanya di pikiran tentang kelanjutan masa depan,dari merananya hati akibat realita hidup yang penuh ironi, dari gemerlapnya langit petang yang membiaskan cahaya kegetiran,dari melentingnya suara petasan yang dilesakkan bocah jalanan,dari semrawutnya lalu lintas ibukota yang menentang zaman serta tuntutan bangsa,lewati petang dengan secangkir kopi harapan yang ditaburi gula impian makin melambungkan jiwa ke langit angan,dari terlunta-luntanya para sarjana muda yang mendamba pekerjaan,dari dangkalnya pemikiran sahabat yang hatinya berantakan karena cintanya diduakan,dari ejekan kawan wanita yang punya paras jelita namun bermuka dua,dari gelapnya langit malam yang terselimuti kabut derita menambah aroma pesona hujan,dari tenggelamnya matahari yang menyiratkan ucapan perpisahan,dari riuh rendahnya nyanyian burung gereja yang menyadarkan diri dari lamunan,dari gemercik tetesan hujan yang menusuk rusuk aspal jalanan,dari keributan melawan 2 wanita tuna susila yang bersengketa tanpa tema,habiskan waktu bersama kolega dekat dengan merenungi kesialan hidup diselingi irama duka lara,meratapi kegagalan menemukan tambatan hati melengkapi pedih redupnya jiwa tanpa peristiwa,menyimak bisikan udara kamar bangkitkan hasrat menapaktilas masa lalu dengan roda dua yang berbahanbakar gelora,membilas tubuh dari aroma parfum nista dibarengi gemercik air penuh tanya makin membinasakan jiwa ke lembah ampunan,berupaya bangkit dari ranjang tragedi menyibak selimut derita beraroma khayal diiringi gontainya hentakan kaki,terjaga dari angan dan dunia fiksi di tengah siulan merpati diiringi semilir hawa pagi yang terbalut mahkota mimpi,pikiran masih terbebani akan ekspektasi masa depan yang sukar diwujudkan walau otak menyadari kehadiran tantangan,mencoba hentikan waktu melalui tenggelam dalam ingatan akan perjuangan hidup yang penuh onak dan duri,menyesali diri sendiri bak seseorang telah hilang arah dengan cara menimbun dalam-dalam memori getir yang penuh abstraksi dan dramatisasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar